Tipe Tsunami M 2 Memiliki Arti

Alumnice.co – Tipe Tsunami M 2 Memiliki Arti

Seminggu pasca letusan Pulau Gunung Api di Tonga, data-data yang lebih lengkap mulai masuk dan dianalisa lebih jauh untuk lebih memahami dan mengkonfimasi apa sebenarnya yang terjadi. Gelombang tsunami yang terekam jaringan IDSL/PUMMA di Indonesia ternyata bukanlah tsunami biasa yang selama ini difahami oleh masyarakat awam maupun oleh sebagian kalangan saintis terutama mereka yang tidak pernah belajar mengenai fenomena tsunami yang dibangkitkan oleh aktivitas gunung api. Gelombang tsunami ini walaupun  hanya memiliki ketinggian amplitudo sejengkal (~ maksimum 40cm),  namun dengan sangat jelas terdeteksi oleh perangkat IDSL/PUMMA yang terpasang di Prigi Trenggalek yang telah mengirimkan sinyal ALERT sebanyak 36 kali secara otomatis pada peristiwa ini. Analisa lebih jauh memperlihatkan bahwa tsunami yang terekam IDSL/PUMMA akibat letusan Pulau Gunung api Tonga  terdiri dari dua tipe gelombang tsunami  yaitu “meteo-tsunami” akibat adanya gelombang kejut (shockwave) dari letusan gunung api yang menjalar di atmosfer dan berinteraksi dengan permukaan laut dan tsunami “biasa” yang menjalar dari sumbernya secara hidrodinamika akibat proses terganggunya muka air di lokasi letusan gunung api tersebut.

Lalu apa itu meteo-tsunami? istilah ini sebenarnya bukan lah hal yang baru. Namun baru dipopulerkan dalam 30 tahun terakhir seiring dengan banyaknya kejadian serupa di berbagai belahan dunia. Sama dengan istilah “tsunami” yang berasal dari jepang, istilah “meteo-tsunami” juga pertama kali dikemukakan oleh peneliti Jepang Nomitsu pada tahun 1935 karena berbagai persamaan dari karakteristik gelombang tersebut dengan tsunami hanya saja penyebabnya yang berbeda. Tsunami selama ini selalu diasosiasikan dengan kejadian gelombang besar yang disebabkan oleh akitivitas geologi seperti gempabumi, gunung api dan longsoran bawah air yang mengganggu badan air sehingga terbentuk gelombang yang menjalar cepat di lautan dan mencapai daratan dengan tinggi gelombang yang jauh lebih tinggi serta merusak. Ternyata, “gangguan” pada badan air ini juga bisa disebabkan oleh aspek di luar fenomena geologi seperti perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba (pressure jump). Ya, perubahan tekanan yang terjadi secara tiba-tiba dapat mengakibatkan gangguan pada badan air dan membangkitkan gelombang tinggi yang dikenal sebagai “meteo-tsunami”. Meteo-tsunami memiliki karakteristik fisik yang sama persis dengan tsunami “biasa” yang disebabkan oleh aktifitas geologi (Rabinovich, 2019). Di berbagi belahan dunia, meteo-tsunami dikenal dalam berbagai nama berbeda seperti Abiki di Jepang, Rissaga di Pulau Balearic – Spanyol, dan Marrobbio di Sisilia –  Italia. Dari berbagai kejadian meteo-tsunami, beberapa di antara nya bahkan cukup berbahaya dan menimbulkan korban jiwa seperti yang terjadi di Teluk Nagasaki pada 31 Maret 1979 yang menyebabkan 3 orang meninggal dengan ketinggian tsunami mencapai 4,8 m dan di Teluk Persia (Dayyer, Iran) pada 19 Maret 2017 yang menyebakan 5 orang meninggal dengan runup tsunami mencapai 3 m.

Baca :   Cara Membuat Ramuan Ciplukan Untuk Hipertiroid

2022_01_24_smd2

Bagaimana dengan kejadian tsunami tonga yang terekam oleh IDSL/PUMMA? Letusan Pulau Gunung Api Tonga terkonfirmasi menyebabkan “shock waves” yang menjalar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Shock waves ini telah menyebabkan “pressure jump” yang terekam di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Kecepatan dari “shock waves” yang begitu cepat telah menyebabkan tsunami yang datang dan terekam IDSL/PUMMA di Indonesia juga menjadi lebih cepat sehingga beberapa pihak sempat meragukannya (baca artikel Kompas: https://www.kompas.id/baca/bebas-akses/2022/01/18/tsunami-dari-erupsi-tonga-terdeteksi-di-indonesia). Contoh kasus di IDSL/PUMMA Prigi, pressure jump yang tercatat oleh stasium BMKG adalah sekitar 2,3 mbar dan menyebabkan gelombang tsunami sekitar sejengkal atau 20-30 cm. Jika mencapai lebih dari 3 mbar, gelombang tsunami yang terjadi bisa jadi jauh lebih besar.

Dalam acara webinar yang digelar BMKG, hari Jumat 21 Januari 2022 dengan menghadirkan narasumber dari Australia, New Zealand dan Indonesia (Link: https://youtu.be/6YJ5JRPyvyQ ), fenomena gelombang meteo-tsunami juga tercatat jaringan tide-gauge dan DART bouy di NZ dan sekitarnya. Gelombang tinggi yang datang mendahului tidak dapat dimodelkan dengan pemodelan tsunami “biasa” yang berbasis pada fenomena geologi (misal: gempa bumi dan longsoran). Diperkirakan kecepatan dari shock waves ini mencapai kurang lebih 300m/s artinya gelombang ini dapat mencapai Indonesia (8000 km) dalam kurun waktu 7 jam. Hal ini lah yang menyebabkan gelombang tsunami pertama (meteo-tsunami) tercatat oleh IDSL/PUMMA kurang dari 9 jam pasca letusan gunung api. Seiring waktu, beberapa kemudian tsunami yang “biasa” pun akhirnya tiba di Indonesia dan terdeteksi oleh IDSL/PUMMA (Lihat gambar 1). Hal ini menjelaskan mengapa peringatan tsunami dikeluarkan hingga 36 kali oleh IDSL/PUMMA.

Peristiwa letusan Pulau Gunung Api Tonga yang membangkitkan meteo-tsunami jauh dari sumbernya sebenarnya bukan fenomena baru karena di Indonesia sebelumnya juga pernah terjadi akibat dari Letusan Gunung Krakatau 1883. Letusan Gunung Krakatau 1883 telah menyebabkan kerusakan yang luar biasa karena kekuatannya jelas lebih besar dari Letusan Gunung Api Tonga. Oleh karena itu, letusan Gunung Krakatau 1883 juga menyebabkan “shock waves” yang membangkitkan “meteo-tsunami” dan terekam di seluruh dunia yang tiba lebih cepat dibanding gelombang tsunami “biasa”. Penelitian dari Harkrider dan Press (1967) yang juga dikonfirmasi oleh Pelinovsky dan Choi (2005) memperlihatkan rekaman stasiun pasang surut tidak hanya di Indoensia tetapi juga di Samudera Pasific, Amerika Utara, Amerika Tengah, Eropa, Australia, New Zealand, Asia Selatan, Timur Tengah hingga Afrika.

Baca :   Alat Untuk Membagi Jaringan Internet Ke Komputer Client Menggunakan

IDSL atau Inexpensive Device for Sea Level measurement atau dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai PUMMA atau Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air telah terpasang di 8 lokasi yaitu Pulau Sebesi, Marina Jambu, Pangandaran, Pelabuhan Sadeng, Pelabuhan Prigi, Pelabuhan ratu, PPS Bungus, dan TPI Tua Pejat – Mentawai. IDSL merupakan hasil kerjasama antara Pusat Riset Kelautan BRSDMKP-KKP dengan JRC-the European Commission, Badan Informasi Geospatial (BIG), Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) dan institusi-institusi lainnya di Indonesia. Data dan sistem peringatan IDSL sudah masuk ke jaringan BMKG sebagai otoritas peringatan dini tsunami di Indonesia.

Perlu untuk ditegaskan juga bahwa IDSL/PUMMA walaupun sama-sama mengukur elevasi muka air seperti stasiun pasang surut pada umumnya tapi memiliki perbedaan yang sangat besar ditinjau dari fungsi utamanya sebagai alat untuk deteksi awal tsunami. Table di bawah ini memperlihatkan perbedaan yang begitu mendasar antara IDSL/PUMMA dengan stasiun pasang surut biasa.

Beroperasinya IDSL selama tiga tahun dan keberhasilanya dalam mendeteksi tsunami tonga serta kejadian-kejadian sebelumnya membuktikan kinerja yang sangat baik sebagai alternatif penguatan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. Selain itu,

IDSL juga memiliki kelebihan yaitu harga yang murah, mudah dibuat, mudah dipasang, murah dan mudah dalam perawatan, memanfaatkan jaringan infrastruktur eksisting, melibatkan masyarakat dan dapat diproduksi di Indonesia dan didukung secara internasional.

Untuk saat ini, IDSL sebagian besar dipasang di fasilitas milik KKP dalam hal ini pelabuhan perikanan yang faktanya berada di garis terdepan dalam mendeteksi fenomena tsunami.

Ditulis oleh
Semeidi Husrin (KKP), plot data IDSL disediakan oleh
Alessandro Anunziato (JRC-EC), tulisan direview oleh
Gegar S Prasetya (IATSI)
,
Sugeng Pribadi (BMKG), Rahman Hidayat (Kemenkomarves) dan Widjo Kongko (BRIN)

***

Baca :   Bentang Lahan Budaya Yang Termasuk Objek Material Geografi Yaitu

Temukan artikel sebelumnya tentang deteksi Tsunami Tonga oleh IDSL : https://kkp.go.id/brsdm/pusriskel/artikel/37552-idsl-pumma-indonesia-deteksi-tsunami-akibat-letusan-pulau-gunung-api-tongga

Tipe Tsunami M 2 Memiliki Arti

Sumber: https://kkp.go.id/brsdm/pusriskel/artikel/37632-dua-jenis-tsunami-yang-terdeteksi-idsl-pumma-akibat-letusan-tonga

Check Also

Cara Membuat Alat Pembengkok Besi Manual

Alumnice.co – Cara Membuat Alat Pembengkok Besi Manual Besi beton telah menjadi bagian yang hampir …