Alumnice.co – Prototipe Yang Masih Berupa File Gambar Produk Termasuk Dalam Prototipe
Mengenal Digital Prototyping Produk dan Cara Membuatnya
Prototype, sering kita mendengar istilah ini. Namun, apa yang sebenarnya dimaksud dengan prototype? Apa pula fungsinya?
Saat kamu punya sebuah ide inovasi atau ingin membuat produk baru, kamu pasti perlu mengetahui pendapat konsumen sebelum kamu benar-benar
launching
produk tersebut. Nah, untuk mengetahui reaksi konsumen ini, kamu butuh ‘produk setengah jadi’ atau yang biasa disebut
prototype.
Dikutip dari
Uxpin,
prototype
merupakan versi simulasi atau sampel produk akhir, yang digunakan tim (UX) untuk pengujian sebelum diluncurkan ke pasar.
Prototype
bukanlah produk jadi, tapi cukup mewakili produk aslinya. Dengan membuat
prototype, calon konsumen bisa merasakan sensasi melihat produk yang asli meskipun produk yang sebenarnya belum benar-benar jadi atau diproduksi.
Jenis Prototype Berdasarkan Kualitasnya
Sudah paham pengertian
prototype? Sekarang, mari kita mengenal tiga jenis
prototype, yaitu
low fidelity prototype,
high fidelity prototype
dan
goldilock prototype. Apa bedanya?
- Low fidelity prototype
Low fidelity prototype
bisa dibilang sebagai prototype kualitas rendah karena konsumen tidak bisa merasakan sensasi menggunakan produk yang sebenarnya. Jadi, mereka tidak bisa memiliki pengalaman yang nyata. Alhasil, prototype jenis ini pun tidak bisa diujikan langsung pada konsumen.
Seringnya,
low fidelity prototype
berupa gambaran atau sketsa tanpa warna. Beberapa orang bahkan hanya membuat coretan sederhana di kertas sebagai wujud
low fidelity prototype.
2.
High fidelity prototype
Tidak seperti
low fidelity prototype,
high fidelity prototype
memberikan pengalaman seolah
user
sedang mencoba produk yang sebenarnya. Dengan demikian,
user
dapat memberikan komentar yang tepat berdasarkan pengalaman pribadinya. Kamu selaku inovator pembuat prototype juga bisa medapatkan masukan yang tepat, sehingga bisa melakukan perbaikan produk yang lebih terarah.
Meski dapat memberikan pengalaman
real
bagi
customer,
high fidelity prototype
seringkali membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk dibuat.
Seperti Apa Prototype yang Baik?
Seorang pakar
design sprint, Daniel Burka menyebut
prototype
yang ideal harus memiliki “goldilock quality”. Jika kualitasnya terlalu buruk,
customer
tidak akan percaya bahwa
prototype
tersebut adalah produk nyata. Jika kualitasnya terlalu tinggi, kamu akan bekerja lembur dan mungkin tak akan pernah selesai mengerjakannya. Maka dari itu, kamu perlu
prototype
dengan “kualitas
goldilock”, tidak terlalu rendah, tidak terlalu tinggi, tapi dapat bekerja dengan baik..
Goldilock prototype
mengedepankan efisiensi kerja tim tanpa mengesampingkan kualitas dari produk itu sendiri.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
prototype
yang ideal adalah yang memiliki “goldilock quality”.
Prototype
yang kamu buat harus bisa menggambarkan fitur dan
journey
utama dari sebuah produk sehingga terlihat atau terasa seperti produk aslinya.
Contoh user journey
Untuk mewujudkan
prototype
yang ideal, ada beberapa kriteria yang harus kamu perhatikan.
Misalnya, jika kamu membuat sebuah aplikasi
chatting, tentunya
prototype-mu harus punya fitur
chatting
dan
user interface
yang mendukung fitur utama tersebut. Kamu juga bisa menyertakan fitur sisip
file, video call, dan story ke dalam prototype tersebut, tapi semua itu tentu akan percuma jika fitur utamanya pun belum memenuhi standar (masih terjadi
bug
atau error misalnya).
Jika hanya
main journey-nya saja yang harus disertakan pada
prototype, lalu bagaimana dengan fitur lainnya?
Fitur-fitur lainnya tentu juga perlu disematkan dalam tampilan prototype. Hanya saja, kamu tidak perlu mendetailkan fitur tersebut. Misalnya, jika ada menu penyisipan
file
pada chatting, maka kamu tidak perlu mendetailkan penyisipan
file
gambar, video, dan audio secara terperinci. Cukup sematkan fitur penyematan salah satu jenis
file
untuk mewakili keseluruhannya.
Setelah
prototype
siap, maka kamu bisa mulai menggunakannya untuk proses pengujian. Namun, perlu kamu ketahui,
user
yang ditunjuk untuk menguji prototype haruslah berkompeten dan memiliki wawasan tentang produk. Wawasan
user
ini diperlukan agar pendapatnya bisa benar-benar mewakili perasaan, pengalaman, serta kebutuhan dari target pasar nantinya.
Biar lebih jelas, kamu bisa menyimak video Wisnu Ario berikut ini.
Belajar berinovasi bareng Wisnu Ario. S, yuk! Melalui vlog dan konten www.wisnuario.com nya, untuk insight bagaimana cara membuat prototype yang baik. Bukan hanya itu, kamu juga bisa belajar cara mengubah ide menjadi prototype siap uji hanya dalam waktu 4 hari melalui metode
design sprint.
Prototipe Yang Masih Berupa File Gambar Produk Termasuk Dalam Prototipe
Sumber: https://medium.com/@wisnuariosupadnomo/mengenal-digital-prototyping-produk-dan-cara-membuatnya-776d5aca01bb