Pengertian Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah jenis majas yang memanusiakan atau memberikan sifat manusia terhadap sesuatu yang bukan manusia seperti benda mati atau barang tak bernyawa, hingga makhluk dan benda alam lain pada umumnya. Sebetulnya makna personifikasi sudah sudah tertulis jelas dari kata
person
dalam bahasa Inggris yang berarti “orang” atau “manusia”. Sementara itu
personification
berarti “pengorangan” atau “penginsanan”.

Majas ini dapat membuat pembaca atau pendengarnya jauh lebih menghargai sesuatu hal lain yang di luar diri mereka sendiri; manusia. Caranya adalah dengan mempererat rasa keterkaitan kita terhadap hal lain yang bukan manusia atau
nonhumankarena membuatnya seakan menjadi manusia.

Tarigan (2013, hlm. 17) mengemukakan bahwa personifikasi atau penginsanan adalah majas yang melekatkan sifat-sifat manusia atau insan kepada barang yang tidak bernyawa dan berbagai ide abstrak. Personifikasi adalah bahasa kiasan yang menggambarkan benda atau barang yang tidak bernyawa namun seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia. Pokok yang digambarkan seolah-olah berwujud manusia baik tindak-tanduk, perasaan dan watak manusia.

Sementara itu, Nurgiantoro (2017, hlm. 235) berpendapat personifikasi merupakan jenis majas yang memberikan sifat kemanusiaan pada benda mati. Sifat yang diberikan sebenarnya hanya dimiliki manusia, sehingga majas ini juga sering disebut sebagai majas pengorangan.

Sifat-sifat manusia yang dialihkan ke benda atau makhluk yang bukan manusia tersebut meliputi sifat, tingkah laku, karakter, ciri fisik, perasaan ,pikiran, verbal, nonverbal, dsb. Dalam personifikasi terdapat persamaan sifat antara benda mati dan manusia.

Namun sifat tersebut sebetulnya memiliki perbandingan yang sangat kontras pula. Sehingga majas ini dapat dipandang sebagai majas yang berdasar pada sifat perbandingan dan persamaan.

Baca :   Hp Xiaomi Tiba Tiba Mati Total Dan Tidak Bisa Dicas

Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Keraf (2010, hlm. 140) mengungkapkan bahwa personifikasi adalah bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia.

Karakteristik Personifikasi

Kecenderungan untuk menggunakan majas personifikasi hadir karena terdapat sekat atau batasan antara manusia dan hal yang bukan. Personifikasi bekerja dengan cara menghilangkan batasan tersebut agar manusia dapat menghayati atau mengapresiasinya dengan lebih baik.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk peniru. Sehingga, hal pertama yang akan dilakukan oleh manusia adalah mengapresiasi orang lain yang ada di sekitarnya; manusia.

Jauh lebih mudah untuk menghayati keindahan alam bagi orang yang kurang sensitif terhadap keindahannya jika kita mengibaratkan bahwa alam tampak seperti manusia.

Angin berbisik,
nyiur
melambai, tatapan tajam kamera,
memberikan nuansa yang lebih kuat terhadap persepsi kita sebagai manusia untuk menyadari dan menghargai keberadaan hal di luar manusia.

Hasilnya adalah gaya bahasa yang mampu membuka mata dan menghanyutkan kita terhadap berbagai keindahan yang selama ini ditutupi oleh batasan diri kita sebagai manusia yang cenderung lebih memperhatikan manusia lainnya sebagai bandingan.

Rasa kepemilikan juga akan jauh lebih dirasakan ketika majas ini digunakan. Benda sehari-hari yang selama ini hanya kita rasakan manfaatnya tampak lebih jelas dari biasanya.

Radio terasa membangkitkan nostalgia, takjub kembali akan kecanggihan komputer, hingga lebih menghargai keindahan alam dan membangkitkan keinginan untuk terus menjaganya.

Contoh Majas Personifikasi

Penggunaan majas ini boleh dibilang cukup sederhana dan mudah untuk dilakukan. Cukup memilih sesuatu hal di luar manusia kemudian berikan karakteristik manusia pada hal tersebut. Berikut adalah contoh beberapa kalimat yang menggunakan majas personifikasi.

  1. Pohon-pohon kelapa itu tampak
    melambai-lambai
    ketika kami tiba di pantai.
  2. Radio itu tak kenal lelah untuk terus
    berkoar
    menemani perjalanan panjang ini.
  3. Daun-daun
    menari
    mengikuti irama hembusan angin yang segar.
  4. Komputer itu dapat mencerna informasi kemudian memprosesnya tanpa
    berpikir lama.

  5. Pohon-pohon yang ditanam oleh para aktivis pencinta alam itu
    berbaris
    rapi menyongsong masa depan yang lebih baik.
  6. Mata kamera tidak akan pernah luput
    mengawasi
    semua pergerakanmu di sana.
  7. Mobil tua itu selalu setia untuk
    mengantarnya
    ke mana pun ia pergi.
  8. Longsor itu
    menegur
    kita untuk terus menjaga kelestarian alam.
  9. Suara gemuruh tadi malam
    membangunkan
    semua warga yang tengah tertidur.
  10. Kita belum melakukan apa-apa padahal waktu akan terus
    berjalan
    tanpa peduli apapun yang dilewatinya.
Baca :   Apa Fungsi Solenoid Pada Motor Starter

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010).
    Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Nurgiyantoro, Burhan. (2017).
    Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  3. Tarigan, Henry Guntur. (2013).
    Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.