Alumnice.co – Kemajemukan Masyarakat Indonesia Berdasarkan Agama Ditandai Dengan
Perbedaan, Kesetaraan, dan Kehangatan Sosial
“Perbedaan budaya lain boleh mempersatukan kita berpokok yang bukan. Variabilitas budaya bahkan harus membawa sebuah khasiat kolektif nan bisa berharga untuk seluruh umat individu”. (Robert Alan)
Perbedaan dan jenis bukanlah perigi pemecah belah. Prinsip ekuivalensi dan keharmonisan sosial memaksimalkan ketenangan di dalam masyarakat.
Harapan Pendedahan
Dengan mempelajari gapura ini, engkau diharapkan berlimpah :
1. Mendeskripsikan pengertian struktur sosial
2. Mengidentifikasi diferensiasi sosial di awam
3. Mengkhususkan beragam pengaturan diferensiasi sosial bersendikan pengamatan maupun kasus nan terwalak di awam
4. Memafhumi perbedaan biji yang terletak pada kelompok sosial yang beragam
Menghakimi Fakta
Perhatikan buram di mata air akar ini
Menanya
Buatlah lima soal adapun lembaga di atas berkaitan dengan perbedaan, ekualitas, dan harmoni sosial.
Berdiskusi
a) Jawablah pertanyaan-soal yang sudah lalu kamu buat
b) Apakah bagan di atas menunjukan harmoni sosial?
c) Bagaimana menuntaskan masalah sosial seperti mana ini?
Di dalam awam, memang ada perbedaan atau ketidaksamaan sosial. Ketidaksamaan sosial terdiri dari ketidaksamaan sosial mendatar dan ketidaksamaan sosial vertikal. Ketidaksamaan sosial melintang adalah perbedaan antarindividu alias kerumunan yang enggak menunjukan adanya tingkatan bertambah panjang alias makin rendah (disebut lagi, differensiasi sosial). Padahal, ketidaksamaan sosial vertikal merupakan perbedaan antar individu ataupun kelompok nan menunjukan adanya tingkatan kian sedikit atau bertambah panjang (disebut juga, stratifikasi sosial). Internal interaksi sosial antarindividu nan berbeda tersebut, mandu ekuivalensi terbiasa diterapkan. Dengan pendirian ini, keakuran sosial boleh tercipta. Keharmonisan sosial merupakan kondisi dimana bani adam hidup satu bahasa dan serasi dan setiap anggota awam bisa menjalani secara baik sesuai qada dan qadar dan posisi sosialnya.
A. Struktur Sosial
Signifikansi dan Ciri Struktur Sosial
Wiliam Kornblum mementingkan konsep struktur sosial pada lengkap perilaku basyar dan kelompok, ialah pola perilaku berulang-ulang nan menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok internal masyarakat. Soerjono Soekanto mengintai struktur sosial sebagai sebuah korespondensi timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial kerumahtanggaan usia mahajana. Didalam tatanan sosial tersebut terkandung wasilah timbal balik antara martabat dan peranan (dengan batas-batas organ anasir-elemen sosial tertentu). Gengsi dan peranan tersebut menunjuk pada satu kehangatan perilaku nan bisa membentuk suatu masyarakat. Dengan demikian, secara terlambat dapat kita katakan bahwa struktur sosial yaitu keseluruhan jalinan antar anasir-elemen sosial nan taktik, adalah pendirian-kaidah sosial, rencana-lembaga sosial, kelompok-gerombolan sosial dan lapisan-salutan sosial.
Internal struktur sosial dikenal dua konsep signifikan yakni status dan peran (role). Ralf Linton mendefinisikan status perumpamaan satu himpunan properti dan barang bawaan, padahal peran merupakan aspek dinamis terbit prestise seseorang.
Kepentingan dan Bentuk Struktur Sosial
Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial bisa berfungsi laksana pengawas sosial, yaitu sebagai penekan probabilitas pelanggaran terhadap norma, nilai dan pelaturan kerumunan ataupun publik. Struktur sosial pula dapat berfungsi laksana asal bagi menanamkan loyalitas sosial keramaian atau masyarakat.
Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial boleh dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara mengufuk, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial beralaskan perbedaan kaki nasion, agama dan sifat. Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya ketunggalan sosial beralaskan perbedaan saduran sosial. Internal banyak literature, struktur sosial mendatar disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut penjenjangan sosial.
B. Diferensiasi Sosial
Pengertian Diferensiasi Sosial
Riuk suatu bentuk struktur sosial merupakan diferensiasi sosial. Menurut kamus ilmu masyarakat diferensiasi sosial merupakan klasifikasi atau penjenisan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu nan bisaanya sama atau sekaum. Denotasi sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara mendatar, melintang ataupun setolok.
Intern masyarakat berbagai rupa (beraneka ragam society), pengelompokan mendatar yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (kaki bangsa), klan dan agama disebut dengan istilah keberbagaian sosial. Penjenisan berdasarkan perbedaan profesi dan diversifikasi kelamin disebut diversitas sosial.
Keberbagaian sosial ditandai dengan adanya perbedaan beralaskan :
1. Berdasarkan ciri fisik
Misalnya, rona alat peraba, rajah surai, bentuk mata, bentuk hidung, dan tulangtulangan rahang. Ciri-ciri jasmani tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2. Berdasarkan ciri sosial
Keluih karena adanya perbedaan pekerjaan nan menimbulkan perbedaan cara pandang dan acuan perilaku lengkung langit lokal mahajana. Termasuk dalam kategori ini yakni perbedaan peran, status dan otoritas. Contohnya konseptual perilaku guru akan berbeda dengan pola perilaku laskar.
3. Beralaskan ciri budaya
Berhubungan dempang dengan pandangan hayat satu awam menyangsang nilai-nilai nan dianutnya, begitu juga religi, system nikah, keuletan, dan ketangguhan. Balasannya dapat dilihat dari baju, leluri, Bahasa, kesenian, arsitektur dan agama.
Rajah-bentuk Diferensiasi Sosial
Sejumlah rencana diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras, diferensiasi kaki nasion, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi, dan diferensiasi variasi kelamin.
Diferensiasi Ras
Ras yakni kelompok orang yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang ekuivalen. Menurut Ralf Linton secara garis osean, manusia dibagi internal tiga kelompok ras utama :
1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri jasad selerang warna asfar sampai sawo masak, rambut literal, bulu awak invalid, dan alat penglihatan sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua merupakan, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri berpunca subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras jawi (Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari basyar-orang Indian di Amerika.
2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik surai berombak, indra peraba hitam, labium tebal, dan kelopak mata verbatim. Dibagi menjadi lima subras, merupakan Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
3. Ras kaukasoid punya ciri-ciri raga hidung mancung, indra peraba polos, surai pirang kemerah-merahan sebatas coklat kehitam-hitaman, dan kelopak netra lurus. Dibagi menjadi panca subras, yakni Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Indonesia sebagai Negara gugusan pulau (archipelago) didiami makanya bermacam-varietas subras, yaitu :
1. Negrito, ialah suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya
2. Vedroid, ialah suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Daksina, Toala dan Tonum di Sulawesi
3. Neo Melanosoid, yaitu pemukim di Gugusan pulau Kei dan Aru
4. Melayu terdiri atas :
a. Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
b. Jawi taruna (Deutro Melayu) ialah Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan Sunda.
Ciri-ciri raga setiap ras farik karena beberapa faktor berikut.
1. Kondisi geografis dan iklim
2. Faktor makanan
3. Faktor perkawinan (amalgamasi)
Diferensiasi Kaum (Kedaerahan)
Kaki bangsa yaitu hasil bersumber system peguyuban yang lebih luas. Awam dalam system komunitas ini tegar beriman bahwa mereka memiliki hubungan bakat dan semenjak dari nini moyang nan separas. Jumlah tungkai bangsa di Indonesia ketika ini sulit diperkirakan. Menurut C. Van Vollen Houven besaran suku bangsa di Indonesia yakni 316, sementara itu menurut Prof. Dr. Konetjaraningrat ada sekitar 119. Keanekaragaman suku nasion di Indonesia lagi menyangsang kemajemukan budaya, nan membentangi perbedaan aturan istiadat, religi, bahasa dan kesenian.
Diferensiasi Klan
Klan pelahap juga disebut kerabat, keluarga raksasa, atau keluarga luas (extended family). Kerumahtanggaan publik Indonesia terletak dua buram klan terdahulu, merupakan klan atas dasar garis anak cucu ibu (matrilinier) dan atas sumber akar garis keturunan ayah (patrimonial).
Diferensiasi Agama
Diferensiasi Diversifikasi Kelamin
Diferensiasi Profesi
C. Stratifikasi Sosial
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial umpama penjenisan insan-basyar yang tertera internal satu system sosial tertentu kedalam lapisan-sepuhan tangga menurut dimensi dominasi, hak istimewa, dan harga diri. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan pelapisan sosial sebagai pembedaan pemukim atau masyarakat kedalam kelas-kelas nan tersusun secara bertumpuk (hierarki).
Perwujudan stratifikasi didalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas bawah sosial. Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tangga (upper class), kelas bawah sosial madya (middle class), dan kelas sosial adv minim (lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para atasan ataupun penguasa dan pabrikan bopeng berjebah. Kelas sosial sedang bisaanya meliputi kabilah akademikus, seperti dosen, penyelidik, mahasiswa, pengusaha katai dan menengah, serta personel wilayah. Inferior sosial rendah bisaanya adalah kelompok terbesar n domestik mahajana, seperti mana buruh, pekebun gurem dan petualang kecil. Penggolongan begitu terletak dalam segala meres nyawa.
Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial
Penahapan sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat berpangkal proses nan terjadi intern masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya merupakan kemampuan maupun kepandaian, umur, badan, jenis kelamin, aturan otentisitas keanggotaan awam, dan substansi. Privat perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk bak subsistem sosial lakukan membuat tujuan tertentu.
Bilang kondisi mahajana yang menjorokkan terciptanya stratifikasi sosial internal mahajana, menurut Wila Huky yaitu sebagai berikut :
1. Perbedaan ras dan budaya.
2. Pengalokasian tugas yang terspesialisasi.
3. Kelangkaan.
Dasar Stratifikasi Sosial N domestik Masyarakat
Asal pelapisan sosial kerumahtanggaan umum disebabkan adanya sesuatu nan dihargai lebih.
1. Kekayaan
2. Dominasi
3. Baka
4. Pendidikan
5. Martabat alias singgasana
6. Peran (role)
Kebiasaan Penahapan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat pecah sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1. Pelapisan sosial terlayang
Adalah bentuk stratifikasi nan anggota berasal setiap stratanya sulit mengamalkan mobilitas vertical. Kesudahannya, penahapan sosial jenis ini berkarakter diskriminatif, contohnya system kasta, umum rasialis, dan awam feudal.
2.Penahapan Sosial Terbuka
Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas tinggal segara. Maksudnya, setiap anggota strata dapat bebas berpindah hierarki sosial, baik vertical ataupun horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus melangkahi perjuangan terik, kebolehjadian cak cak bagi berpindah strata slalu ada. Lengkap doctor, pemanufaktur atau suhu
3. Stratifikasi Sosial Campuran
ialah kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan membengang. Missal seseorang yang memiliki kasta Brahmana di Bali bermigrasi ke Jakarta.
Kekuatan Penjenjangan Sosial
1. Distribusi properti-kepunyaan khas yang netral
2. Menjadi system pertanggaan pada panjang nan bersambung dengan perbawa dan penghargaan
3. Patokan system perjuangan dan persaingan
4. Penentu lambing-lambang (symbol prestise) ataupun kursi
5. Penentu tingkat mudah dan sukarnya menoleh takhta
6. Gawai kesetiakawanan diantara cucu adam-individu maupun kelompok nan menduduki system sosial yang sama dalam awam
Perwujudan berpunca penjenjangan sosial adalah inferior-kelas bawah sosial. Kejadian ini dapat kita lihat berusul segi ekonomi, sosial dan garis haluan
Ekonomi
Pembagian kelas privat masyarakat berbunga segi ekonomi akan mengecualikan publik atas kepemilikan harta.
1. Kelas bawah atas terdiri semenjak kelompok individu-turunan borek berjebah
2. Kelas medium terdiri mulai sejak kerumunan orang-orang nan bernas
3. Inferior sumber akar susu terdiri terbit keramaian makhluk miskin
Sosial
Yakni sistem pengklasifikasian masyarakat menurut status. Kebanyakan, skor gengsi seseorang internal mahajana diukur berbunga martabat ataupun status. Contohnya, orang makin memilih menjadi personel biar gajinya kecil ketimbang jadi tukang. Penjenjangan secara sosial dapat pula dilihat berpangkal pengalokasian kasta di Bali.
Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau pengaturan. Kian lautan kewenangan atau kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang t kepunyaan kewenangan atau kuasa umunya ditempatkan pada salutan mahajana atas. Gerombolan ini mencengam para bos eksekutif, yudikatif dan legislative. Pengalokasian varietas ini kelihatan sekali juga lega janjang militer.
Sistem Penjenjangan yang Terserah di Indonesia
a. Sistem Penahapan Sosial kerumahtanggaan Masyarakat Perkebunan
Pencatuan kusen bawah beralaskan kepemilikan petak, berikut stratifikasi umum perkebunan di Pulau Jawa
Umum perkebunan sreg umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (tunas kelapa buat), merupakan manusia nan purwa barangkali kuak pangan untuk dijadikan wadah tinggal dan lahan perladangan. Bisaanya mereka menjadi pasak area atau golongan nan dituakan. Golongan kedua diduduki maka dari itu empunya tanah atau bani adam berkecukupan, doang tidak zuriat poyang. Mereka bisa ufuk properti petak dan kaya karena keuletan dan kemampuan lainnya. Gerombolan yang kedua disebut buruh kasar kuali. Golongan ketiga ialah golongan pembajak nan sekadar mempunyai lahan terbatas dan hasilnya belaka cukup untuk dikonsumsi koteng (praktisi kasar kendo). Golongan nan keempat (buruh tani) merupakan insan yang enggak punya tanah, cuma bekerja disektor pertanian.
b. Sistem Stratifikasi Sosial ufuk domestik Awam Feudal
Sempurna bawah publik feudal :
1. Pangeran dan aristokrat merupakan trik kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati oleh rakyatnya
2. Terletak sepuhan terdahulu, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan saduran dibawahnya, yakni rakyatnya
3. Adanya kamil dependensi dan patrimonialistik, artinya kaum feudal merupakan pencetus panutan nan harus disegani, sementara itu rakyat harus hidup menghamba dan selalu kerumahtanggaan posisi dibawah
4. Terletak teoretis asosiasi antarkelompok yang membeda-bedakan, ialah kabilah feudal memperlakukan bawahanya secara enggak bebas dan condong totaliter
5. Masyarakat feudal membidik horizon hak system stratifikasi tertutup
Lapisan Sosial Pada Umum Feudal Surakarta dan Yogyakarta
Lapisan Sosial Publik Feudal di Aceh
Sepuhan Sosial Mahajana Feodal di Sulawesi Daksina
c. Sistem Pelapisan Sosial puas Zaman Belanda
d. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
e. Sistem Penjenjangan Sosial pada Zaman Industri Beradab
Beralaskan Patokan Profesi
Bersendikan Kriteria Ekonomi
Konsekuensi Stratifikasi Sosial
Dalam kenyataannya orang tidak mempunyai kemampuan nan sama. Ada yang mewah membayar sekolah nan mahal cak semau yang enggak. Akibatnya, penghargaan nan diberikan masyarakatpun akan berlainan-beda. Perbedaan seperti ini akan mempengaruhi tendensi roh (life style).
– Pakaian : komplet pakaian dan perabot pakaian
– Apartemen dan Perabot : Keberagaman rumah dan letak gelanggang dahulu serta spesies alat angkut dan gawai rumah tangganya.
– Bahasa dan Mode Wicara : Pemilihan kata atau Bahasa dan etika sopan santun
– Makanan : Selera dan jenis peranakan
– Gelar, Pangkat, maupun Jabatan
– Hobi dan Kegemaran
D. Ekuivalensi
Gemar-suka lima kategori ekualitas nan berlainan.
1. Ekualitas hukum, kesamaan dihadapan hukumm
2. Kesejajaran garis haluan, kesejajaran dalam parasan pembangunan
3. Kesamaan sosial, bukan adanya pengaruh maka dari itu pihak tertentu
4. Ekualitas ekonomi, pembagian perigi resep yang dilakukan secara adil
5. Kesejajaran moral, mempunyai nilai yang sama
Suka-suka tiga konsep paritas yang berbeda :
a. Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh patokan mendunia
b. Ekualitas sejak sediakala, pertandingan nan adil dan setara mensyaratkan bahwa semua peserta berangkat dari garis mulai yang seimbang
c. Kesetaraan hasil, semua basyar harus menikmati standar semangat dan kemungkinan vitalitas nan setara
E. Harmoni Sosial
Sesuatu yang sesuai dengan keinginan mahajana umum, sebagaimana keadaan tertib, terintegrasi, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu semangat nan penuh harmoni. Harmoni sosial yaitu kondisi dimana manusia semangat sepikiran dan serasi dengan maksud masyarakatnya.
Keteraturan sosial pun terjadi n domestik masyarakat nan ditandai dengan kekompakan. Secara etimologis, kesetiakawanan adalah kekompakan ataupun kekompakan. Kata kesetiakawanan melukiskan peristiwa pergaulan antara orang dan alias kerubungan yang berdasarkan pada perasaan tata krama dan kepercayaan nan dianut bersama.
F. Kesetaraan dan Harmoni Sosial dalam Umum Multikultural
Hendaknya keakuran sosial tercurahkan dalam umum, maka pendirian kesetaraan harus diterapkan ditengah-tengah diferensiasi dan penjenjangan sosial.
Dinamika Awam Indonesia
Sejarah urut-urutan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa potensi konflik antar keramaian masyarakat di Indonesia patut raksasa. Konflik tersebut boleh disebabkan oleh beberapa faktor, antara tak :
1. Status dan kebanggaan gerombolan terusik
2. Perbedaan mandu maupun sikap
3. Perbedaan kebudayaan nan dimiliki setiap etnis
4. Cak bertubrukan manfaat (strategi, ekonomi dan yuridiksi)
5. Pergantian nan bersisa cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan kemapanan
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Ditengah pontensi konflik nan memungkinkan bakal nasion kita, maka usaha untuk menciptakan menjadikan suatu mahajana multikultural menjadi suntuk berfaedah. Secara tercecer, publik multikultural dapat dimengerti bagaikan mahajana nan terdiri atas bineka keramaian sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Awam multikultural merupakan tulangtulangan berpangkal awam berbudaya yang anggotanya terdiri atas bermacam rupa golongan, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka jiwa bersama n domestik wilayah local alias nasional. Tambahan pula, mereka lagi gandeng dengan mahajana dunia semesta, baik secara kontan maupun lain serentak.
Multikulturalisme tidak belaka berfaedah variabilitas (multiplisitas), hanya lagi kesederajatan antarperbedaan. Intern multikulturalisme terkandung pengertian bahwa lain suka-suka sistem norma dan budaya yang bertambah panjang daripada budaya lainnya, ataupun bukan suka-suka sesuatu yang kian agung dan sani tinimbang nan lain. Semua perbedaan yakni sederajat. Kesederajatan n domestik perbedaan yakni dalaman bersumber multikulturalisme.
Faktor-Faktor nan Mempengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural
Menurut Tilaar, sedikitnya terserah tiga hal nan menjorokkan berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme, yaitu HAM, globalisme, dan demokratisasi. Tetapi demikian, idealism masyarakat multikultural n domestik kenyataannya menangkap tangan banyak kendala, diantaranya :
1. Sikap menganggap budaya seorang lebih baik
2. Tangkisan antara budaya barat dan timur
3. Plularisme dianggap seumpama sesuatu nan eksotis
4. Rukyat yang kebapakan
5. Mencari produk segala yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu yang dianggap nirmala
6. Penglihatan negative warga safi terhadap anak adam luar nan dapat bersabda tentang kebudayaan penduduk putih
Faedah masyarakat multikultural
a. Melampaui asosiasi yang harmonis antarmasyarakat, bisa digali kearifan budaya yang dimiliki oleh setiap budaya
b. Membentangkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap ketabahan
c. Menjadi pertahanan kubu terhadap intimidasi yang ketimbul pecah budaya capital
d. Menjadi radas lakukan membina dunia nan lega hati dan sejahtera
e. Mengajarkan suatu rukyat bahwa validitas itu bukan dimonopoli oleh satu anak adam maupun kerubungan saja
Kamus Ilmu masyarakat:Perbedaan, Kesetaraan, dan Keselarasan Sosial
Bank Soal. Perbedaan, Kesejajaran, dan Keserasian Sosial
Kemajemukan Masyarakat Indonesia Berdasarkan Agama Ditandai Dengan
Sumber: https://asriportal.com/kemajemukan-masyarakat-indonesia-berdasarkan-agama-ditandai-dengan/