Alumnice.co – Hukum Menyuruh Orang Sholat Tapi Dia Tidak Sholat
Melirik Ketika Shalat
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Ustadz saya mau bertanya apakah
melirik dalam shalat
salah satu faktor yang menyebabkan shalat kita tidak sempurna?
Terima kasih
Wassalamu’alaikum
Dari: Dimas
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Kasus
melirik ketika shalat
dikupas dalam pembahasan menoleh ketika shalat.
Para ulama membagi bentuk menoleh ketika shalat menjadi 3:
Pertama, menoleh dengan gerakan seluruh badan atau sebagian besar badan ke arah selain kiblat. Untuk kasus ini shalatnya batal. Karena bagian dari syarat sah shalat adalah menghadap kiblat, dan tindakan semacam ini dianggap melanggar syarat tersebut.
Kedua, menoleh hanya dengan gerakan kepala dan mata (melirik). Sementara anggota badan lainnya tetap menghadap kiblat. Menoleh semacam ini hukumnya makruh dan bisa mengurangi pahala shalatnya, hanya saja shalatnya sah dan tidak batal.
Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan:
Tidak ada perselisihan di kalangan para ulama tentang makruhnya menoleh ketika shalat, berdasarkan hadis A’isyah
radhiallahu ‘anha, beliau bercerita:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الاِلْتِفَاتِ فِي الصَّلاَةِ ؟ فَقَال : هُوَ اخْتِلاَسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلاَةِ الْعَبْدِ
“Saya bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang menoleh ketika shalat, beliau menjawab: ‘Itu adalah colekan, setan mencolek shalatnya seorang hamba’.” (HR. Bukhari 751).
Hukum makruh ini dikaitkan jika tidak ada kebutuhan atau karena udzur tertentu. Akan tetapi jika di sana ada kebutuhan, seperti kekhawatiran terhadap keselamatan dirinya atau hartanya maka tidak makruh. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 27:109)
Boleh Menoleh atau Melirik Jika Dibutuhkan
Dalam
fatwa Lajnah Daimah
juga dinyatakan:
Menoleh hukumnya makruh ketika shalat dan mengurangi pahala shalat. Hanya saja orang yang menoleh ketika shalat, tidak wajib mengulangi shalatnya. Karena terdapat hadis shahih lainnya yang menunjukkan bolehnya menoleh (ketika shalat) jika ada kebutuhan. Dari sini disimpulkan bahwa menoleh tidak membatalkan shalat. (Majmu’ Fatawa Lajnah, 7:27).
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan bolehnya menoleh ketika shalat ketika ada kebutuhan, diantaranya:
a. Hadis dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu ‘anhuma, beliau bercerita:
اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ ، فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا ، فَصَلَّيْنَا بِصَلَاتِهِ قُعُودًا
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
sakit dan kami shalat di belakang beliau. Beliau shalat dengan duduk, sementara Abu Bakar mengeraskan takbir beliau agar didengar semua jamaah. Tiba-tiba beliau menoleh ke kami, dan beliau lihat kami shalat dengan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami (untuk duduk) dan kami pun duduk. Akhirnya kami menjadi makmum beliau sambil duduk. (HR. Muslim no. 431)
b. Hadis dari Sahl bin Handzalah
radhiallahu ‘anhu, beliau bercerita ketika peristiwa sebelum perang Hunain: bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengutus seseorang untuk berjaga malam di sebuah lembah memperhatikan keadaan sasaran. Menjelang subuh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
selalu bertanya adakah perkembangan informasi dari penjaga malam. Sampai akhirnya dikumandangkan iqamah shalat subuh. Sahl bin Handzalah menegaskan:
فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي، وَهُوَ يَلْتَفِتُ إِلَى الشِّعْبِ حَتَّى إِذَا قَضَى صَلَاتَهُ وَسَلَّمَ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat, sementara beliau sambil menoleh ke arah lembah itu, sampai beliau selesai shalatnya dan salam.” (HR. Abu Daud, 916 dan dishahihkan Al-Albani)
Syaikh Abdul Aziz Ibnu Baz menjelaskan hukum menoleh sedikit ketika terjadi was-was:
“Menoleh ketika shalat untuk memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk pada saat muncul was-was hukumnya boleh. Bahkan hukumnya dianjurkan jika ada kebutuhan yang sangat mendesak, tapi hanya dengan kepala saja.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11:130)
Ketiga, menoleh hati
Menoleh yang ketiga bukan menoleh fisik, tapi menoleh konsentrasinya. Seseorang shalat sementara dia tidak khusyu dalam shalatnya. Pikirannya sibuk dengan berbagai rekaman peristiwa dan angan-angan yang dia rencanakan.
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan:
Menoleh ada 2:
a. Menoleh lahiriyah dengan anggota tubuh. Itulah menoleh dengan kepala.
b. Menoleh
ma’nawi
dengan hati, itulah was-was dan godaan yang berkeliaran di hati.
(Asy-Syarhul Mumthi’,
3:70)
Dan menoleh hati mengurangi kekhusyuan dan tidak sempurnanya pahala shalat.
Disadur dari: Fatwa Islam: 160647
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
🔍 Hukum Makan Daging Aqiqah Bagi Yang Beraqiqah, Jumlah Ayat Al Quran Yang Sebenarnya, Berbaik Sangka Kepada Allah, Poto Wali Songo, Doa Memperlancar Kelahiran, Wanita Mengeluarkan Sperma
Hukum Menyuruh Orang Sholat Tapi Dia Tidak Sholat
Sumber: https://konsultasisyariah.com/12484-hukum-melirik-ketika-shalat.html